3 min readBenarkah Pemanasan Global Pengaruhi Ekosistem Terumbu Karang?

0
251

Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan fenomena alam berupa dinamika pola cuaca akibat perubahan kondisi atmosfer yang terjadi segala global. Perubahan kondisi tersebut dapat dilhat melalui konsentrasi gas rumah kaca dan parameter klimatik seperti suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin, tekanan udara, dan curah hujan. Perubahan pola rata-rata cuaca ini disebut dengan perubahan iklim.

Pada dasarnya, iklim memiliki variabilitas yang secara alami berubah pada waktu tertentu dan terjadi dalam rentang waktu yang relatif panjang. Namun kini, aktivitas manusia disebut sebagai penyebab utama perubahan iklim sehingga intensitas perubahannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Faktor yang dianggap sebagai awal terjadinya perubahan iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer akibat aktivitas manusia.

Masa revolusi industri, dimana pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca, dianggap menjadi awal aktivitas manusia yang secara signifikan mempengaruhi kondisi atmosfer. Gas rumah kaca yang meningkat pada atmosfer dapat memerangkap panas matahari di atmosfer sehingga suhu permukaan Bumi mengalami peningkatan. Hal inilah yang disebut dengan pemanasan global dan mempengaruhi perubahan iklim.

Berdasarkan indeks gas rumah kaca tahunan atau Annual Greenhouse Gas Index (AGGI) oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tercatat gas karbon dioksida (CO2) sebagai kontributor pertama dan gas metana (CH4) sebagai kontributor kedua penyumbang gas rumah kaca. Pemantauan gas rumah kaca di Indonesia juga dilakukan pada tiga lokasi pengamatan yaitu di Bukit Kototabang, Palu, dan Sorong. Melalui Buletin Gas Rumah Kaca, Subbid Informasi Gas Rumah Kaca BMKG menyatakan bahwa konsentrasi gas karbon dioksida di lokasi pengamatan, dari tahun 2004 sampai dengan 2021 secara umum mengalami peningkatan.

Dampak Pemanasan Global terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan struktur masif kalsium karbonat yang dihasilkan oleh koloni hewan karang yang bersimbiosis mutualisme dengan alga fotosintetik, disebut dengan Zooxanthellae. Struktur kalsium karbonat tersebut kemudian tersusun menjadi ekosistem terumbu karang. Bila mengunjungi pesisir pantai dan melakukan aktivitas snorkeling atau penyelaman, akan tampak bentuk terumbu karang yang beragam dan berwarna-warni. Zooxanthellae memberikan warna pada terumbu karang.

Bagi sebagian biota seperti ikan karang, penyu, kepiting, dan hewan lainnya, terumbu karang merupakan ekosistem yang berperan penting sebagai “rumah”. Terumbu karang dapat menjadi tempat untuk melakukan pemijahan atau pembiakan, berperan sebagai daerah asuhan, tempat berlindung, serta tempat mencari makan.

Ekosistem terumbu karang menjadi salah satu indikator kesehatan perairan laut. Alga fotosintetik yang bersimbiosis dengan hewan karang sensitif terhadap perubahan parameter fisik dan kimia perairan. Saat pemanasan global terjadi, suhu permukaan laut akan terdampak dan menjadi lebih panas. Hewan karang yang hidup berdampingan dengan Zooxhantellae akan terpengaruh secara fisiologis dengan perubahan tersebut. Salah satu dampak yang dapat terjadi adalah pemutihan karang atau coral bleaching.

Salah satu faktor fenomena coral bleaching adalah peningkatan suhu permukaan laut. Bagi Zooxanthellae yang membutuhkan suhu perairan optimal pada kisaran 25-29oC, kenaikan suhu permukaan laut menjadi penyebab stres dan hewan karang akan melepaskan Zooxanthellae. Hal ini membuat terumbu karang tampak menjadi putih. Dalam beberapa saat, hewan karang dapat bertahan setelah ditinggalkan Zooxanthellae, namun lambat laun akan mengalami kematian dan terumbu karang akan kehilangan fungsinya sebagai habitat bagi biota laut lainnya. Akibatnya, rantai makanan pada ekosistem terumbu karang akan terganggu bahkan hilang.

Dampak terhadap Manusia

Ekosistem terumbu karang menjadi rumah bagi ikan bernilai ekonomis penting yang dimanfaatkan manusia sebagai salah satu sumber protein hewani. Contohnya adalah ikan ekor kuning, beberapa jenis kerapu, ikan kuwe, baronang, dan jenis ikan lainnya. Bila ekosistem terumbu karang mengalami kerusakan, maka jenis ikan karang akan kehilangan habitatnya. Hal tersebut menyebabkan ikan tidak dapat bertahan hidup pada suatu perairan dan menyebabkan nelayan sulit mendapatkan ikan target tangkapan.

Terumbu karang menjadi rumah bagi beberapa jenis ikan

Selain berperan sebagai penyangga bagi biota laut, terumbu karang juga berperan sebagai pelindung pantai dari ombak yang dapat menyebabkan abrasi pantai. Terumbu karang dapat memecah dan mengurangi kekuatan ombak sehingga gelombang yang sampai pada pesisir tidak terlalu besar. Pada wilayah pesisir yang tidak memiliki ekosistem terumbu karang pada perairan dangkal secara perlahan akan mengalami pengikisan pantai dan menggeser garis pantai dalam kurun waktu tertentu. Hal ini tentu akan mempersempit wilayah pesisir dan membahayakan penduduk pesisir. [AH]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here