26.7 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

Mata Garuda Maluku Siap Gelar Musyawarah Wilayah ke III di Ambon

Mata Garuda (MG) Maluku akan melaksanakan Musyawarah...

Kolaborasi Memajukan Sektor Perikanan, DPD ISPIKANI Maluku resmi dikukuhkan

Pengukuhan pengurus Dewan Pengurus Daerah Ikatan Sarjana...

Inflasi 2023 di Bangka Belitung: Tantangan dan Prospek

Oleh: Yogi Cahyo Ginanjar, S.T., M.Si. -...

Komitmen Indonesia menuju Net-Zero Emission 2030

BeritaKomitmen Indonesia menuju Net-Zero Emission 2030

COP27 (Conference of Parties) atau Konferensi tingkat tinggi terkait iklim kini sedang berlangsung di Sharm El-Sheikh, Egypt sejak 6 November 2022. Badan pengambilan keputusan tertinggi dari badan yang mengurus respon perubahan iklim global, United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) tersebut akan dilaksanakan hingga 18 November 2022. Perhelatan tersebut dihadiri oleh hampir 200 negara yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta sejumlah undangan terkait. Dalam konferensi ini, akan dibahas tindak lanjut COP26 yang telah dilaksanakan di Glasgow, Skotlandia tahun 2021 lalu. Salah satu yang menjadi topik adalah target penurunan emisi gas rumah kaca negara dunia yang diajukan pada proposal COP26 hanya mencapai 26% dari target global yang sebesar 45%.

Untuk menindaklanjuti target capaian net-zero emission, Indonesia merevisi target penurunan emisi gas rumah kaca sehingga dapat meningkatkan respon terhadap perubahan iklim dengan kebijakan-kebijakan nasional. Melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) atau Komitmen Kontribusi Nasional yang diajukan pada tanggal 23 September 2022, Indonesia berkomitmen akan berupaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 dengan dua pilihan skenario, yaitu yang pertama adalah menurunkan emisi sebesar 31.89% dengan kemampuan sendiri atau sebesar 43.20% dengan bantuan Internasional. Hal ini mengingat bahwa implementasi pengurangan emisi membutuhkan dukungan yang besar. Pembaharuan NDC ini dibahas pada COP27. Pada momen COP27 juga diselenggarakan World Climate Summit yang menjadi agenda penting dari World Climate Foundation yang diselenggarakan bersamaan dengan COP27.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka membuka peluang kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, sektor bisnis, masyarakat sipil, serta akademisi dalam membahas isu transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta menuju tercapainya Perjanjian Paris (Paris Agreement) dan Rencana Penurunan Emisi tahun 2030. World Climate Summit diselenggarakan selama dua hari secara luring (In-person) dan daring (digital) pada tanggal 13-14 November 2022 di Park Regency, Sharm El-Sheikh, Egypt.

Bertajuk The Investment COP 2022, pembahasan mengenai transisi net-zero economy melalui sektor energi, infrastruktur, transportasi, bisnis, dan lingkungan akan dibahas dalam sejumlah sesi diskusi panel dan workshop bersama dengan lebih dari 100 orang praktisi di bidangnya. Sebagai pembuka pada sesi pleno pertama yang dengan tema Closing the Finance Gap Together, Commitments, Collaboration and Action Towards 2030, Sherif El-Kilany, Country Managing Partner, EY mengungkapkan bahwa era climate finance atau pendanaan iklim baru saja dimulai. Hal yang perlu diperhatikan tidak hanya seberapa besar pendanaan yang dikeluarkan namun bagaimana strategi ini dapat menjauhkan kita dari risiko perubahan iklim.

Sherif El-Kilany, Country Managing Partner, EY membuka Plenary Session pada hari pertama World Climate Summit

Aksi Indonesia Menuju Net-Zero Emission

Net-Zero Emission merupakan komitmen dalam merespon perubahan iklim yang kini menjadi keresahan dunia. Misi pada komitmen tersebut adalah membentuk kondisi dimana tidak ada lagi emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer di luar dari kemampuan penyerapan oleh Bumi. Dalam hal ini, sejumlah aksi diinisiasi dan dilakukan oleh Indonesia sebagai bentuk kontribusi dalam menurunkan emisi karbon sesuai dengan NDC pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Long-term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) merupakan roadmap yang dibangun sebagai acuan dalam mengimplementasikan aksi rendah karbon. Visi jangka panjang yang menjadi target Indonesia yang pertama adalah strategi mitigasi kenaikan gas rumah kaca yang diimplementasikan melalui strategi implementasi aksi rendah karbon pada sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya atau Agriculture, Forestry and Other Land Use (AFOLU). Strategi yang dapat secara signifikan menurunkan emisi karbon adalah dengan mencegah terjadinya deforestasi yang dapat dilakukan dengan optimalisasi pemanfaatan lahan, peningkatan produktivitas tanaman, dan menghindari pemborosan pangan. Melalui sektor energi, strategi yang dalam menurunkan emisi adalah penggunaan transportasi ramah lingkungan dan pemanfaatan energi terbarukan (EBT).

Sama hal nya pada sektor pengelolaan limbah yang mengupayakan aktivitas manajemen limbah dengan mengurangi, menghindari, menghancurkan, serta pemanfaatan limbah yang meliputi tiga subsektor yaitu limbah padat, limbah cair domestik dan industri. Sektor keempat adalah sektor industri (Industrial Processes and Product Use) atau IPPU dimana akan menurunkan rasio komposisi klinker pada industri semen serta efisiensi industri amonia.

Selain melalui aksi mitigasi, resiliensi yang dibangun dari kemampuan adaptasi juga perlu ditingkatkan. Strategi adaptasi diupayakan agar dapat meningkatkan resiliensi terhadap empat kebutuhan utama kehidupan, yaitu sumber pangan, air, energi, serta lingkungan yang sehat dengan tiga target area dalam resiliensi antara lain ekonomi, sosial dan sumber mata pencaharian, serta ekosistem. [AH]

Check out our other content

Check out other tags:

Most Popular Articles