26.2 C
Jakarta
Friday, July 26, 2024

Mata Garuda Maluku Siap Gelar Musyawarah Wilayah ke III di Ambon

Mata Garuda (MG) Maluku akan melaksanakan Musyawarah...

Kolaborasi Memajukan Sektor Perikanan, DPD ISPIKANI Maluku resmi dikukuhkan

Pengukuhan pengurus Dewan Pengurus Daerah Ikatan Sarjana...

Inflasi 2023 di Bangka Belitung: Tantangan dan Prospek

Oleh: Yogi Cahyo Ginanjar, S.T., M.Si. -...

Stigma “Cantik” Yang Menjerat Perempuan Indonesia

ArtikelStigma “Cantik” Yang Menjerat Perempuan Indonesia

Perempuan Indonesia telah lama terjerembap dalam stigma tentang standar kecantikan, di mana sebagian besar dari mereka menilai bahwa “cantik” hanya bisa dianugerahkan kepada perempuan yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi. Memaknai cantik, apakah cantik hanya sekadar fisik sahaja?

Padahal, seperti yang kita ketahui, Indonesia sendiri adalah negara multikultural dan heterogen yang di dalamnya hidup berbagai macam suku bangsa, agama, adat istiadat, golongan, tak terkecuali etnis dan ras. Perempuan-perempuan Indonesia tidak hanya terlahir dengan kulit putih, tetapi ada juga yang terlahir dengan kulit kuning langsat, kulit hitam, kulit sawo matang, dan lain sebagainya.

Ketika Indonesia tidak lagi dijajah dan zaman semakin berubah, ternyata standar kecantikan Indonesia yang menganggap cantik itu putih, tetap langgeng dalam pemikiran masyarakat. Sebagian besar perempuan saat ini masih terjebak dalam standar kecantikan mustahil media, dan membuat mereka melakukan segala cara agar bisa masuk dalam standar tersebut. Usaha untuk bisa masuk dalam standar kecantikan saat ini semakin dipermudah juga dengan kehadiran teknologi filter cantik di ponsel pintar kita. Tinggal klik ini dan itu, wajah kita pun bisa berubah sesuai dengan keinginan kita.

Tututan cantik fisik juga mulai merambah ke dunia kerja. Mencari seorang sales atau hanya penjaga toko sembako saja harus mempunyai syarat berkulit putih, dengan berat ideal, dengan tinggi minimal 160cm. Secara terang-terangan di tulis pada brosur syarat penerimaan pegawai. Hal semacam ini membuat perempuan indonesia menjadi insecure dengan kulit coklat mereka. Mereka berlomba-lomba membuat kulit mereka menjadi putih dengan membeli skincare dengan label whitening. Berbagai produk pemutih kulit pun menjamur dari harga murah sampai mahal. Tak segan-segan para wanita ini merogoh kocek dalam-dalam bahkan menabung berbulan-bulan hanya untuk membeli sebotol toner whitening. Bahkan ibu rumah tangga sekalipun.

Satu-satunya cara bagi perempuan Indonesia untuk keluar dari standar kecantikan adalah melalui penerimaan diri dengan mencintai diri sendiri apa adanya. Ini sangat dibutuhkan bagi setiap perempuan agar mereka dapat menghargai diri, sepaket dengan fisik yang sudah diberikan oleh Tuhan. Para perempuan ini harus diketuk kesadaran mereka bahwa cantik harus keluar dari hati, banyak hal yang harus di pikirkan selain memutihkan kulit. Sudah menjadi takdirnya seorang perempuan menjadi pesantren pertama bagi anak-anaknya, karena keberhasilan tertinggi seorang wanita adalah saat dia telah berhasil membawa kebaikan bagi negara,agama dan rumah tangganya.

“Definisi cantik tak pernah tunggal, kamu cantik dengan caramu masing-masing.” 

Lury Rafelia

Check out our other content

Check out other tags:

Most Popular Articles