26.7 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

Mata Garuda Maluku Siap Gelar Musyawarah Wilayah ke III di Ambon

Mata Garuda (MG) Maluku akan melaksanakan Musyawarah...

Kolaborasi Memajukan Sektor Perikanan, DPD ISPIKANI Maluku resmi dikukuhkan

Pengukuhan pengurus Dewan Pengurus Daerah Ikatan Sarjana...

Inflasi 2023 di Bangka Belitung: Tantangan dan Prospek

Oleh: Yogi Cahyo Ginanjar, S.T., M.Si. -...

Menuju Perikanan Emas 2045 : KKP dan ISPIKANI bersama para Pakar Kaji Sosial Ekonomi Perikanan Berkelanjutan

TematikFisheriesMenuju Perikanan Emas 2045 : KKP dan ISPIKANI bersama para Pakar Kaji Sosial Ekonomi Perikanan Berkelanjutan

Jakarta – Webinar Menuju Perikanan Emas 2045 yang mengambil tema “Aspek Sosial Ekonomi dan Kesejahteraan dalam Tata Kelola Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan” dilaksanakan atas kerjasama antara Badan Riset Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) melalui Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP) dengan Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) melalui media daring zoom meeting dan diikuti oleh 700 lebih peserta dari seluruh wilayah Indonesia dari berbagai elemen masyarakat diantaranya ilmuwan, peneliti, akademisi, praktisi, penyelenggara negara, profesional, pelaku usaha, tokoh masyarakat serta penggiat lembaga swadaya masyarakat dan disimak lebih dari 70 di kanal Youtube. (26/8)

Dalam sambutan pembukanya Kepala BRSDMKP Dr. I Nyoman Rudiarta menekankan bahwa Tahun 2045 merupakan momentum bersejarah, karena Indonesia genap berusia 100 tahun yang mana diharapkan Indonesia menjadi negara maju dan berperan sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia dengan kualitas manusia yang unggul serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, kesejahteraan rakyat yang jauh lebih baik dan merata, serta ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan yang kuat dan berwibawa. Peningkatan SDM menjadi hal yang sangat krusial karena pada 2045, 70 % jumlah penduduk Indonesia dalam usia produktif, yakni 15-64 tahun.

Nyoman menambahkan Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 khususnya pembangunan ekonomi berkelanjutan, KKP telah menetapkan lima program strategis ekonomi biru. Kelima program itu adalah memperluas wilayah konservasi dengan target 30% dari luas wilayah perairan Indonesia dengan mengedepankan kualitas kawasan konservasi; penangkapan ikan secara terukur yang berbasis pada kuota penangkapan dan menetapkan zona konservasi di enam zona penangkapan ikan; menjaga daya dukung lingkungan dengan budidaya ikan yang ramah lingkungan baik budidaya laut, pesisir maupun pedalaman untuk meningkatkan produksi perikanan untuk pasar ekspor dan dalam negeri; penataan ruang laut untuk perlindungan ekosistem pesisir dan laut; serta Bulan Cinta Laut.

Sekjen ISPIKANI Dr. Kusdiantoro  menyatakan bahwa dalam rangka menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka, ISPIKANI menyiapkan konsep pembangunan perikanan yang diharapkan dapat menjadikan sector perikanan sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional yang dapat mendorong ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi, penyiapan tenaga kerja, pemberantasan kemiskinan dan kelestarian lingkungan. Untuk memberikan kontribusinya, ISPIKANI sedang menyiapkan Blueprint menuju Perikanan Emas 2045 sebagai penjuru dan legacy pembangunan perikanan kedepan.

Dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan, kita tidak terlepas dari empat aspek di dalamnya, antara lain biologi, lingkungan, ekonomi dan sosial. Aspek ekonomi adalah bagaimana kegiatan perikanan dapat memberikan keuntungan ekonomi secara optimal bagi pelaku usaha perikanan, dan memberikan penerimaan bagi negara. Sedangkan aspek sosial adalah bagaimana dari kegiatan perikanan dapat memaksimalkan peluang kerja bagi masyarakat, di samping menjaga soliditas antar stakeholder perikanan,” kata Kusdiantoro.

Sessi Webinar Nasional Sosial Ekonomi

Kegiatan Webinar Nasional ini dibagi dalam dua bagian dimana diawali dengan paparan dari Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB yang juga Penasehat Menteri Kelautan Perikanan yakni, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS sebagai Keynote Speaker kemudian dibahas oleh para akademisi dan Lembaga riset diantaranya Ketua Dewan Pakar dan Profesi ISPIKANI Prof. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc (IPB University), Prof. Dr. Zuzy Anna, S.Si., M.Si (Dosen UNPAD), Dr. Ir. Sitti Hilyana, M.Si (Ketua IMFISERN), Rusli Abdullah (Peneliti INDEF) dan dimoderatori oleh  Dr. Irwan Muliawan (BRSDMKP)

Pada paparan Keynote speaker yang disampaikan oleh Prof Rokhmin Dahuri menekankan bahwa peluang dan tantangan sangat besar untuk menuju perikanan emas. Mengenai peran dan kontribusi sector kelautan dan perikanan (KP) bahwa ruang lingkup pembangunan perikanan jangan hanya perikanan budidaya dan tangkap, namun juga krusial untuk menambahkan industri bioteknologi, jasa kelautan dan daya saing.  Sedangkan untuk industri perikanan budidaya, yang harus dilakukan adalah intensifikasi dan ekstensifikasi, membuka usaha di perairan baru, diversifikasi spesies yang dibudidayakan.

Solusi, atau tawaran baik dari KKP maupun dari ISPIKANI dan kolaborasi keduanya dibutuhkan. Peningkatan peran ISPIKANI adalah sebagai wadah informasi ilmiah kepada stakeholder, memberikan konsep pembangunan KP, indentifikasi hasil riset, dan mengembangkan kegiatan bakti sosial. Output utama pembangunan yang akan disusun oleh ISPIKANI sehingga Indonesia menjadi produsen terbesar yaitu meningkatkan produktifitas, memastikan pelaku uaha sejahtera, kontribusi ekonomi meningkat mencapai 10 %, serta status gizi meningkat. Kata Rokhmin

Prof. Zuzy Anna sebagai pembahas pertama menyatakan SDGs sebagai leader dalam mencapai perikanan emas 2045. Laut dan perairan yang sehat dapat mensupport keberlanjutan sektor kelautan dan perikanan serta memberikan kesejahteraan sehingga membutuhkan berbagai intervensi untuk meningkatkan kinerja pemerintahan. Dengan intervensi, maka life below water akan mencapai 89,04%; sedangkan tanpa intervensi, maka nilai tesebut akan mencapai 78,31%. Maka, Kawasan konservasi harus didorong lebih baik lagi. Selain itu, sektor budidaya harus bisa meninggalkan stigma terkait isu kerusakan lingkungan terkait pembukaan lahan baru, pencemaran lingkungan akibat akumulasi pakan, penggunaan antibiotik yang berdampak terhadap ikan dan manusia. Lebih lanjut Zuzy menyampaikan  transformasi ekonomi perikanan dan kelautan sangat dibutuhkan menyangkut health, wealth, equity dan knowledge, dan mengadaptasinya dengan apa yang bisa kita lakukan di Indonesia. Pendanaan merupakan hal krusial yang dapat menjadi limiting factor berbagai inisiatif ekonomi perikanan dan kelautan. Selain itu, kita perlu mengembangkan green dalam konsep blue economy agar dapat mendukung program peningkatan produksi perikanan dengan meminimalkan dampak perubahan lingkungan. 

Dilain sisi Prof Luky Adrianto menegaskan bahwa dalam mencapai perikanan emas 2045 perlu memperhatikan strong and inclusive governance, penguatan daya saing kelautan dan perikanan, penguatan kapasitas SDM serta penguatan skala ekonomi, teknologi dan inovasi perikanan.  Perikanan memiliki 6 dimensi, yang dilihat dari sumber protein bangsa, indikator Kesehatan ekosistem, penguat kedaulatan bangsa, lokomotif ekonomi nasional, penghasil devisa, pengawal budaya bangsa. Sehingga terkait dengan sosial ekonomi perlu diperkuat pertumbuhan ekonomi dan harus melihat pada perikanan skala kecil dengan berkolaborasi juga dengan skala besar. Jika ada kolaborasi antara keduanya bisa meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia. Selain itu Literasi perikanan juga harus ditingkatkan dan jangan parsial, harus diubah dengan inklusif literasi perikanan

Dr. Sitti Hilyana dari IMFISERN mengingatkan bahwa fenomena perikanan nasional merupakan agregasi dari daerah-daerah, sehingga diharapkan ISPIKANI dapat menginisiasi pertemuan dari daerah-daerah yang mempunyai permasalahan-permasalahan berbeda. Tantangan yang dihadapi terkait dengan pengembangan sektor KP adalah Konversi lahan yang sangat masif di darat berpengaruh terhadap kemampuan pemenuhan pangan, namun menjadi peluang masyarakat untuk beralih dalam pemanfaatan perairan laut. Sehingga perlu pengelolaan perikanan yang menuntut peningkatan kualitas SDM. Faktanya kemiskinan masyarakat pesisir menjadi pembatas untuk peningkatan kualitas SDM.

Sitti menyebut Tantangan ini bisa diatasi dengan pendekatan kelembagaan dan pendampingan. Dalam hal kelembagaan yang pelu dilakukan adalah 1) negara perlu hadir untuk menyelamatkan harga ikan pada musim-musim tertentu; 2) intervensi program harus masuk ke tulang rusuk kebutuhan masyarakat. Sehingga perlu assement yang menjadi dasar pemberian bantuan; 3) Stimulan sering bersifat give and run, sehingga perlu koordinasi antara pusat sebagai pemberi stimulan dengan daerah yang akan menjaga keberlanjutan; 4) Stimulan sering tidak diterima sasaran secara utuh, sehingga perlu pengawalan dari instansi terkait dan masyarakat; 5) Keberlanjutan program sering tidak inline dengan tahun

Pembahas terakhir adalah Rusli Abdullah M.Si mewakili Peneliti INDEF yang fokus pada pembahasan Hilirisasi perikanan menuju Indonesia Emas. Hilirisasi pada saat ini dibutuhkan karena ini merupakan produk lanjutan yang dapat dimanfaatkan dengan peningkatan nilai yang tinggi. Nilai tambah dan peningkatan nilai ekspor merupakan tujuan utama yang harus menjadi target dari hilirisasi perikanan. Pada saat ini permintaan dunia meningkat tapi ekspor perikanan kita menurun. Agenda ke depan perlu diperhatikan Factor dukungan infrastruktur, kemudian masalah keamanan.

Check out our other content

Check out other tags:

Most Popular Articles